Tuesday, July 5, 2011

Cerita dan Rencana

Hari ini 1 July 2011, tepat 3 bulan saya, Ica, dan mas Fahri menjalani kehidupan kami sebagai pembelajar sekaligus perantau di negeri tirai bambu ini. Tidak terasa sudah lumayan banyakpengalaman -manis pahit asem asin- yang kami rasakan. Diawali dengan pengalaman saya kecopetan di hari ke 4 setelah kedatangan kami, Ica yang jatuh di tangga Teater roman, dan Mas Fahri yang di hari pertama sudah 'ditolak' oleh mantan calon roommate-nya dengan alasan kamarnya masih sangat berantakan untuk ditempati 'orang baru', padahal wajahnya sangat kecut dan menyiratkan pesan: "I don't wanna have a roommate, just find another room! " . Moreover, pengalaman sekaligus pelajaran berharga pun tak henti-hentinya mengisi kehidupan kami disini. Kami sudah mulai bersahabat dengan bahasa mandarin, yang awalnya terdengar seperti bahasa planet, kini mau tidak mau harus kami gunakan sehari-hari. Mulai dari beli makan sampai beli obat nyamuk, saking banyaknya nyamuk berkeliaran di summer kali ini. Pujian dari orang sekitar tentang bahasa Mandarin kami sedikit banyak menambah semangat kami untuk terus belajar. Tapi jangan salah, pujian itu sama sekali tidak membuat kami puas. 3 bulan bukanlah waktu yang cukup untuk menguasai bahasa ini. Hurufnya, cara mengucapkannya, mengingat karakternya..sungguh tidak mudah. tapi kami bertiga YAKIN BISA!

Selain mengenyam pendidikan formal di dalam kelas, kami juga belajar tentang kehidupan. Kehidupan sosial masyarakat China yang secara informal kami pelajari dari lingkungan sekitar. Xinzheng bukanlah kota yang besar, malah cenderung sangat kecil dan mencit kalau orang Jawa bilang. tapi sungguh, masyarakatnya ramah. atmosfernya nyaman sekali untuk belajar. memang tidak semua barang yang kita cari dapat kita temukan di Xinzheng, tapi kalau mau belajar yang namanya hidup sederhana dan apa adanya, Xinzheng lah tempatnya. Makanan halal tidak sulit ditemukan, setidaknya kita bisa hidup kalau bisa makan kan?

Ini sudah summer. Kami libur 2 bulan. Tadinya kami berencana untuk mengabdi pada masyarakat, menjadi sukarelawan mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak China yang tinggal di pedesaan. tapi sayangnya keinginan mulia tersebut kandas saat Julian, staff International Affairs SIAS mengatakan rencana kami ini forbidden. Pada kesempatan makan siang bersama Mr. Fang -Head of International Affairs of SIAS- dan Julian, saya sudah sangat menggarisbawahi bahwa kami tidak dibayar. Kami hanya ingin sekedar menemani mereka belajar bahasa Inggris. tapi katanya tetap tidak boleh. dua tahun lalu pernah ada foreign student yang 'nekat' volunteering. ya, dia didatangi Police Security Bureau dan dikirim pulang ke negaranya. tidak hanya itu, dia juga dikenai denda berupa uang dan larangan masuk ke China sampai 5 tahun ke depan. kami bertiga berfikir panjang, antara ingin sekali mengajar, namun yang namanya aturan menurut saya bukanlah untuk dilanggar. apalagi aturan kali ini menyangkut banyak pihak. kami, orang tua kami, SIAS, dan tentunya universitas kami yang telah memberi dukungan habis-habisan secara moral dan material. kami pun memutuskan untuk tidak berangkat. Ya Allah, akan kami cari lagi cara lain untuk 'menabung' menuju surga-Mu.

Finally, disinilah kami. Masih tinggal di gedung asrama kami di tengah-tengah kampus SIAS yang amat sepi. Mahasiswanya pulang kampung. Toko-toko banyak yang tutup, sebagian pun buka dengan jadwal yang tidak menentu. Buka sangat siang dan tutup begitu awal. Cukup sulit mencari makan yang harganya cocok dengan kantong kami. tapi tidak ada cara lain. tidak bisa dihindari, tapi dihadapi dan dijalani. seperti yang saya ceritakan sebelumnya, rencana kami 1 bulan di summer break  ini pupus di tengah jalan, dan tepat saat liburan sudah di depan mata. maka kami harus merencanakan ulang semuanya. beberapa hari lalu saya dan Ica sempat mampir ke rumah teman kami, saya ke Jiaozuo dan Ica ke Nanyang. kami belajar banyak, belajar tentang kehidupan masyarakat biasa yang jauh dari hiruk pikuk kota. sedangkan mas fahri di asrama sibuk mengantarkan kepulangan roommate-nya ke Kyrgiztan, ceritanya dia pulang kampung, lalu kembali lagi setelah 2 bulan. Sekarang kami bertiga masih disini, di dalam kampus yang sepi. Ica masih berencana menghabiskan Juli dengan mengunjungi rumah teman-temannya. saya memutuskan untuk mengambil kursus tari tradisional China. tempatnya tidak jauh dari kampus, hanya 5 menit jalan kaki dari gerbang utama. 2-3 jam sehari, senin sampai jum'at, akan saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk mempelajari salah satu budaya China yang terkenal dimana-mana. mas fahri masih mau mencari-cari kegiatan, yang bukan hanya akan mengisi liburan untuk kesenangannya saja, tapi InsyaAllah bisa menambah ilmu dan wawasan. katanya dia mau belajar taijiquan, seni bela diri tradisional China. di bulan Agustus kami bertiga berencana mengunjungi Xi'an. Kota kecil di Shaanxi namun sangat kaya akan sejarah. lebih spesialnya lagi, Xi'an adalah tempat asal para suku Hui, suku bangsa China yang mayoritas muslim. tentu akan kami manfaatkan sebaik-baiknya bertemu mereka, saudara seiman setqwa, sama-sama menyerahkan hidup mati untuk berjuang di jalan islam, beribadah kepada Allah, Tuhan penggenggam alam semesta ini,

Begitulah cerita kami, sedikit celoteh mengenai hidup kami di rantau ini. saya sendiri tidak bisa bohong, bahwa sepinya lingkungan tempat tinggal saya saat ini dan teman-teman perantau yang satu per satu meninggalkan asrama, membuat saya mengakui bahwa sepertinya saya homesick. saya kangen orang tua, (kebetulan ibu saya sedang dinas di Bandung). saya maklum, ibu saya itu ibu yang hebat. beliau selalu maksimal mengerjakan tugasnya, maka dari itu wajar bila beliau jarang mengabari saya. setidaknya satu pesan singkatnya bisa membuat saya tersenyum. ayah saya pun ayah jagoan. walaupun jauh, beliau tidak pernah membiarkan saya kesepian. kata-kata menguatkan lewat pesan singkat tak hentinya ia kirimkan, hanya untuk anak semata wayangnya ini. saya lumayan bosan dengan makanan yang itu-itu saja -secara restoran tidak banyak yang buka-, saya kangen keluarga, foto-foto eyang yang sudah jauh pergi meninggalkan saya kembali membawa memori masa kecil yang amat sangat indah. mencoba mengingat kembali kapan saya membuat mereka bangga, saya tidak ingat!mungkin saya memang belum membuat mereka bangga. belum, bukan tidak pernah. saya kangen...hmm, kangen pacar. kangen teman-teman di Indonesia yang bisa saya ajak main-main atau nonton film sambil bercanda. saya kangen ingin belajar lagi di kelas, menghabiskan waktu untuk belajar bersama kawan-kawan seperjuangan. tapi saat saya memutar otak kembali, manghela nafas panjang dan menjernihkan pikiran, saya tau saya harus kuat! harus sabar dan ikhlas menjalani satu per satu sketsa kehidupan saya disini. saya tidak tau apakah Ica dan mas fahri juga merasakan hal yang sama. tapi saya harap kalian baik-baik saja, karena saya juga baik-baik saja. 

Terakhir, saya dan teman-teman disini masih memohon doa yang tak terputus-putus dari orang tua, dosen, sahabat, dan teman-teman disana dan begitubanyak pihak yang selalu memotivasi kami agar terus survive. agar segala rencana kami bisa berjalan lancar, tak lain dan tak bukan adalah untuk meraih cita-cita kami sebagai pembelajar yang sukses. tak lupa, doa kami pun untuk kalian, tak henti-hentinya kami panjatkan di setiap doa kami. semoga kita semua selalu merasakan cinta-Nya dan dilancarkan di setiap langkah kita. Amiin ya Rabb...

No comments:

Post a Comment