Tuesday, July 5, 2011

B E L A J A R

Ya! Saya baru saja kembali ke asrama. Jam 8 waktu setempat selesailah sudah latihan perdana saya, belajar tarian tradisional China. di perjalanan pulang saya sempatkan membeli nasi goreng di sebuah warung halal, yang punya orang Uzbekiztan keturunan China, sama sekali tidak ada uzbek-uzbeknya alias China sekali.

Request saya di sanggar ini adalah belajar tari tradisional. Dan benar dugaan saya, teman-teman seperjuangan saya adalah anak-anak kecil, bahkan ada yang masih 5 atau 6 tahun. Saya tetap menikmati kok, walaupun umur saya tidak jauh beda dengan guru mereka -yang juga guru saya-. Pelajaran hari ini belum masuk ke tariannya. baru 'pemanasan', dan pemanasan saja saya sudah agak kelelahan. ya, maklum saja, saya kalah lincah dan kalah 'elastis' dibanding teman-teman kecil saya. sedikit tentang guru saya, dia masih muda, 22 tahun, sekarang mengajar menari di sanggar saya sekaligus berprofesi sebagai guru menyanyi di kampus saya. sangat luwes saat menari tapi tidak melambai kok, jadi terlihat hebat. (tenang Mahar, seleraku tetap orang namburan kok, bukan orang china :p ). nah, dikarenakan hari ini baru pemanasan, latihan berbagai jurus melenturkan badan, saya cukup bekerja keras. badan sudah tak selentur anak umur 5 tahun. sudah lama tidak olah raga dan menari. jadilah saya pemanasan yang paling pas-pasan. guru saya juga tidak masalah, ia lebih concern pada anak-anak lain. sesekali membenarkan saya namun dari jarak tertentu. (kalau berani pegang-pegang saya bisa saya jitak itu guru, hhe). bukan hanya karena saya orang asing, baru, dan hampir seumuran dengan guru saya, tapi dia 'menganak emaskan' saya karena misi saya mau belajar budaya China. asal hafal tariannya, indah dilihat. selesai. tapi anak-anak lain? ada yang dituntut orang tuanya, ada yang sudah tercebur satu kaki, mau tidak mau sudah kepalang basah. jadilah mereka ada disitu. di hari pertama ini saya justru bukan belajar tarian, saya belajar bagaimana anak-anak kecil itu belajar. hmm, mohon digaris bawah deh yang ini : anak-anak China belajar.

awalnya, mereka datang dengan senyuman. tangan ayah ibunya masih erat menggenggam, sesekali membantu mereka membenarkan sepatu balerina atau mengelus kepala tanda memberi semangat. namun saat pintu ditutup dan satu per satu orang tua keluar ruangan,
senyum di wajah beberapa anak hilang seketika. saya bisa melihatnya, ntah kenapa.

sebenarnya gerakan di pemanasannya simple lho. tapi kalau mau benar-benar lentur, memang butuh penekanan dimana-mana, dan jujur..lumayan sakit. beberapa sudah ahli, sudah biasa. tapi untuk yang masih terlalu kecil (atau terlalu besar seperti saya) rasanya sakit sekali. yang paling parah, cara guru saya membenarkan posisi mereka, anak-anak kecil usia 5-10 tahun adalah dengan bentakan, atau sesekali membetulkan punggung atau tangan mereka dengan kaki. saya juga melihat beberapa kali dia menekan punggung anak-anak sangat kencang, menahan beberapa detik untuk menunjukkan cara yang benar. maaf, saya bukan ahli menari. saya cukup baik dalam menari jawa, tapi guru saya dulu tidak pernah mengajari pemanasan seperti itu. jadi saya tidak tau apakah cara guru tari saya di China ini wajar atau terlalu keras? maka tak kaget bila satu anak mulai menangis, lalu dua, dan tiga anak menangis. bukan menangis merengek. hanya saja sesenggukan sembari tetap pemanasan. menekuk bagian tubuh atas, tangan lurus menyentuh telapak kaki. ya, sambil menangis. ada satu anak yang saya lupa namanya, ia menangis pertama kali. guru saya tetap memintanya berhenti menangis, sampai benar-benar berhenti. caranya adalah menunjuk anak lain, membawa satu kakinya ke atas hingga hidungnya bertemu dengan lutut. atau memintanya kayang lalu berjalan dengan kedua tangan memegang pergelangan kaki. lalu dia berkata, "tuh, dia aja ga nangis kok!" lalu si anak itu menunduk, dan mengangguk. 

selanjutnya kami semua harus melakukan satu gerakan dimana harus kami pertahankan sangat lama. punggung tegap, pandangan lurus, tangan tidak bertumpu pada lantai. begitulah. lagi, saya melihat sesuatu yang agak janggal. guru saya mengambil sepatunya, memegangnya erat-erat, berjalan berkeliling memerhatikan satu per satu posisi kami, lalu memukul punggung mereka dengan sepatu jika tidak sengaja lelah menghampiri dan punggung pun tak kuasa ingin membongkok. walaupun saya tidak merasakan sendiri punggung saya disentil  dengan sepatu, hati saya lumayan sakit melihat anak-anak usia sangat belia ini berlatih menari dengan senyum tertahan. wajah menahan sakit, terlebih takut. takut dimarahi, takut dipukul dengan sepatu. 

saya jadi ingat beberapa waktu lalu saat saya mengunjungi keluarga teman saya di Jiaozuo. siang itu kami sedang memasak, menunggu anggota keluarga lain pulang. tiba-tiba adiknya yang berusia 10 tahun pulang sambil menangis. menangis keras-keras. ternyata nilai ujian bahasa Inggrisnya buruk, ya, buruk sekali. saya bilang ke teman saya, "Adikmu pasti takut ya...." (belum sempat saya selesai berkata ..."takut dimarahi ibumu ya?") teman saya menimpali, "iya, takut dipukul ibu." dipukul.sebelumnya saya juga sudah sering melihat di jalan-jalan. ibu atau ayah yang memukul anaknya saat mereka marah. atau membentak keras-keras. Ya Allah, terima kasih telah memberiku orang tua yang sampai detik ini tidak pernah memukulku, bentakan memang pernah, tapi fisikku tidak sakit. batinku sedikit tersentak, namun ketika itu pula aku belajar)

malamnya adik temanku itu belajar kosa kata baru, ia meminta kakaknya memberi dictation, seperti dikte kalau di Indonesia. temanku bilang, kalau dia tidak bisa dapat nilai bagus, gurunya akan memukulnya. makanya dia sangat takut dan harus belajar. MasyaAllah. aku memang tidak pengalaman mengajar. pernah satu kali mengajari orang asing, tapi belajar menari. dan aku tidak perna memukul mereka, karena aku tidak mau dipukul oleh guruku andai aku jadi muridnya. sebelumnya aku belum pernah berada di sebuah tempat dimana budaya memukul menjadi satu cara untuk mengajar. sebagai hasil nyatanya memang bisa saya lihat. teman-teman kecil yang bersama saya belajar menari beberapa sudah sangat pintar, saya kalah jauh, cuma menang umur :p mereka sangat lentur! saya sampai takjub melihat begitu hebatnya mereka melenturkan tubuh. selain itu, contoh lain, teman-teman saya di SIAS mayoritas satu karakter : gila belajar. bangun pagi, kuliah, makan siang, kuliah lagi. malam bukannya istirahat, tapi mereka ke kelas. B E L A J A R. ruang kelas di SIAS memang sengaja dibuka 24 jam karena memang anak-anaknya akan menggunakan waktu senggang mereka untuk belajar. semua mahasiswa tinggal di asrama yang ada di dalam kampus, tapi seakan-akan asrama hanya untuk numpang tidur. sebagian besar waktu mereka digunakan untuk belajar secara formal di perkuliahan atau pergi ke kelas dan perpustakaan di luar KBM kelas, yaa, untuk belajar. menyimpulkan dari pengalaman adik teman saya dan juga teman-teman kecil di kelar tari saya, mungkin budaya belajar dan belajar itu sudah tertanam dari kecil. diawali dengan rasa takut sama guru sampai akhirnya terbiasa rajin, belajar keras mengejar prestasi dan beasiswa. 

saya salut sekaligus bertanya-tanya : apakah untuk benar-benar belajar dengan hasil maksimal harus dengan tekanan fisik, juga batin? saya kasihan lho, melihat adik-adik kecil itu menangis sambil tetap belajar, kasihan masa kecil mereka harus terisi seperti itu. bukannya menari-nari dengan penuh senyuman. tapi di sisi lain, kakak-kakaknya adalah bukti nyata: mereka menari dengan amat indah! 

dilematis.
saya tidak pandai mengungkapan mirisnya hati saya melihat mereka dipukul. mau bilang jangan, tapi tidak tau bahasa China yang tepat. saya juga cuma murid, mana berani mengajari guru saya caranya mengajar. tapi ya sudahlah. mungkin saya hanya belum terbiasa. saya ingat kembali bahwa saya hanyalah seorang perantau di negeri orang. dimana bumi dpijak, disitu langit dijunjung'. mungkin inilah budaya belajar yang saya harus hargai dan terima dari negara ini, seperti saya ingin budaya,kebiasaan, (dan kewajiban) saya berjilbab walaupun saat latihan menari dan berkeringat ini dihargai. terlihat aneh dan orang bertanya-tanya, apa tidak gerah? saya cuma bilang, sudah terbiasa. 

belajar itu nikmat ya? sudah jelas dengan belajar kita bisa pintar, bertambah ilmu, dan berprestasi. belajar tidak melulu hanya duduk di kelas, mendengar guru menjelaskan x dan y. belajarlah bagaimana lingkunganmu belajar dan mengajar. maka kamu akan mengerti kenikmatannya. dan bersyukurlah bagi kalian yang masih bisa belajar tanpa dipukul atau dibentak. seharusnya kita bisa belajar jauh lebih baik dibanding yang harus dengan pukulan dan bentakan bukan?

HIDUP PEMBELAJAR SUKSES, DI SELURUH PENJURU DUNIA!

No comments:

Post a Comment