Thursday, July 28, 2011

PENGUMUMAN!

ALAMAT BLOG INI PINDAH KE RUMAH BARU DI 
www.rizkyawinaswari.tumblr.com


I am currently moving to a new place, check it:
www.rizkyawinaswari.tumblr.com


Thanks for following my story!

Monday, July 25, 2011

America, I Know My Dreams Will Come True!

I honestly have never thought about going abroad before I saw an AFS announcement. Hmm, it seems like a dream. It's extremely high and I don't even have enough confidence about that. But a little passion inside my heart told me to go for it. I went through each selection and finally got to put my ten top destination country. Until now, my dream country is still : France. A beautiful-romantic country I've been thinking all my life. But at that moment, I chose America as my first choice since it offered me a full scholarship -yes, for France I need to pay some money-. Guess what! God really knows better than me. I was there! In the United States. The number one country in the world.  I stepped on its land for real in 2008 and had amazing-super-duper-wonderful experiences.

I was (and am still) so grateful about the chances God gave to me. Yes, I went to Chicago a lot. American Flags was fun. I went to a great-super fun high school with lots of good friends. I tried my first and (maybe) last skiing experience -since I'm so suck in balancing things such as skiing, roller skating, or even riding a bike, LOLs!-  But I love snow sooo much though! Hmm, let me think. I went camping a lot. I volunteered for Feed My Starving Children. I learned how to dance a jazz dance. I experienced what's called too much christmas. And sooo many great things I had on that year. But one thing which is  a lot better than those excitements above, and what was counted as the best part :

MY FAMILY...The Becketts.

Have you ever felt being far away from home but you feel like "I'm home!"? I have! What an indescribable feeling I have to have such the three cutest younger sisters in the world, an awesome inspiring-wonderful American mom, a hard-working-lovely daddy, and a little cute doggy.  A family you share laugh and love, a family who will hug you whenever you need, in good or bad times. 

Well, time does fly. My sisters grow, they are big girls now. When the youngest one talks, oh God, she talks like a teenager. :p My dad is still a hard-working dad, I guess :p And my mom is having a wonderful spa business since she does have the talent. (oh, check this out: http://soulindulgencespa.com/) And I am now in China, learning Chinese and having another "being abroad" experience.

I believe that everything starts from a dream. A dream gives me the strength to try my best to make it comes true. A dream encourages me to let go the failure and start a new step. A dream teaches me to move on for a brighter future and learn from the past. I dreamed about going to the U.S. And I did go! I dream about going back to the States. And I will go!


I'll tell more about how amazing my American life was and some differences between the two "being abroad" experiences. It's so fun to think back about some memories behind and put them in writings though! It helps me suffer from the feeling of missing my American family so much. And these are my most favorite Americans ever when we were on skype last week!























Anak-Anak Pemimpi

Sekarang sudah tanggal 25 ya? Ah! Semoga tidak terlambat menulis ini. Kemarin kok ya saya pake acara sakit segala, kan momennya jadi tidak pas lagi ): Anyway...

Dua hari lalu saat bangun tidur dan melihat telepon genggam yang tanggalnya tertulis 23 Juli 2011, saya teringat sesuatu. Sebuah pertanyaan klasik di masa kecil:

"Besok kalau udah gede mau jadi apa?"

Saya ingat, waktu kecil dengan sangat ringan saya jawab, "Mau jadi dokter!!" Atau teman-teman seumuran saya waktu itu yang punya banyak cita-cita berbeda, ada yang ingin jadi pilot, jadi astronot, jadi guru, pokoknya jadi macam-macam sesuai yang mereka inginkan. Rindu sekali masa-masa itu, masa dimana cita-cita menjadi sebuah kata yang dalam satu detik diucapkan. Sim salabimm! Seakan dengan tongkat ajaib satu detik bisa terwujud.

Dunia anak-anak. Dimana cita-cita bagaikan permen kapas, begitu manis dan ringan, begitu menyenangkan untuk digambar. Dunia dimana sebuah kesalahan sangat mudah dimaafkan, sangat tertoleransi.  "Sudahlah, dia kan masih anak-anak". Sebuah dunia yang tak akan terulang lagi untuk saya.

Sadarkah? Kebanyakan remaja sekarang banyak yang bingung ketika ditanya, "Cita-citamu jadi apa?" Atau "Kalau sudah lulus S1 ingin jadi apa?" Ya, mungkin termasuk saya yang kalau detik ini ditanya setelah lulus mau jadi apa, sebenarnya saya masih bingung lho. Sudah sulit rasanya melontarkan sebuah profesi A,B,C, seperti waktu kecil dulu. Kalau untuk kasus saya justru karena saya punya terlalu banyak mimpi dan cita-cita, mungkin saja sederhananya bisa dibilang keinginan deh. Ingin jadi ini dan itu, ingin punya apa apa apa, banyak sekali! Banyak sekali virus ini itu yang mengontaminasi, efek kemajuan teknologi, arus globalisasi, ah, macam-macam saja yang ada di pikiran anak muda jaman sekarang.

Tapi kembali lagi, saya percaya semua berasal dari mimpi. Terutama mimpi-mimpi segar anak-anak yang bebas tak berbatas. Sebuah mimpi yang mereka jawab pada sang guru, pasti begitu melekat di hati mereka. Apapun itu, pasti ada sebuah semangat yang tanpa disadari akan mendorong mereka untuk mewujudkan mimpi itu. Tak bisa dipungkiri mimpi-mimpi itu bisa saja berubah seiring waktu dan segala macam perkembangan dan kemajuan zaman. Tapi mimpi-mimpi itulah yang akan membangun negeri. Taruhan berapa deh! Hehehe.

Tetaplah bermimpi, anak-anak Indonesia! Sungguh mimpi-mimpi kalian lah yang membuat negara yang kadang kelabu ini jadi berwarna. Senyum kalian sangat membangkitkan kami, cita-cita kalian adalah harapan kami. 

SALAM SEMANGAT UNTUK ANAK-ANAK INDONESIA!

Thursday, July 21, 2011

Catatan Pagi Buta

Tidak terasa hari sudah berganti, dan masih saja banyak sekali ini itu yang berjalan-jalan di pikiran saya.  Radio Swaragama FM Jogja masih asik menemani, serasa di kota sendiri. Tidak saya sangka-sangka membaca posting tentang transisi hidup justru melayangkan pikiran saya ke sebuah kegalauan  : saya ingin sekali cepat lulus, cepat kerja, cepat menabung sedikit-sedikit untuk hidup saya dan kedua orang tua saya, dengan peluh saya sendiri. 

Sebelum saya menulis lebih banyak, saya hanya ingin orang tua saya (yang pasti membaca blog saya) untuk tidak khawatir. Saya menulis bukan untuk mengeluh atau membebani diri. Saya hanya ingin menambah semangat diri sendiri dari setiap kalimat yang muncul dari pikiran saya dan berani saya tuangkan lewat tulisan. Buah-buah tulisan itulah yang akan membangunkan saya saat hampir jatuh, hampir, saya tidak mau jatuh yang benar-benar jatuh! Tidak boleh!

Inikah rasanya jadi anak rantau?

Wednesday, July 20, 2011

Perantauan Kali Ini: Sebuah Transisi

Tiba-tiba ingatan saya terbawa ke beberapa bulan yang lalu dimana di akun Facebook saya terpampang sebuah pengumuman, tawaran untuk merantau ke negeri tirai bambu.


Saya sontak tertarik, mengingat semakin gencarnya China mencoba menjadi raja dunia dan saya teringat sebuah pepatah, "Jika ingin sesukses dan semaju satu negara, maka kuasailah bahasanya." Pertimbangannya adalah merelakan waktu kuliah 1 tahun di UMY untuk menuntut ilmu yang tak kalah banyak di China. Ibu saya 100% mendukung. Ayah saya awalnya ragu ini itu, tapi akhirnya luluh setelah melalui proses negosiasi dengan saya dan Ibu saya. Ditambah dengan (ehem) pacar saya yang pada prinsipnya mendukung apapun yang baik untuk saya. Maka saya melangkah mantap, menempuh setiap seleksi, mencoba memenuhi setiap persyaratan. Setelah melalui beberapa proses seleksi dan menikmati deg-degannya setiap malam pengumuman, akhirnya pada tanggal 1 April pesawat kami pun mendarat di tanah Cina, sebuah negara tujuan, tempat menyantap pahit manis ilmu kehidupan, paling tidak untuk 2 semester ini.

Tuesday, July 19, 2011

Jiao Zi (Dumpling)

Ini dia makanan khas nomor satu dari China...

Jiao Zi (饺子) atau dumpling
Namanya 饺子 (pinyin: Jiao Zi, bahasa Inggris: dumpling), nah, kalau Bahasa Indonesia namanya apa ya? Pangsit rebus mungkin ya? Hehehe. Jiao Zi ini merupakan hidangan khas China yang sudah terkenal dari sekitar 500 atau 600 tahun yang lalu. Jiao Zi juga merupakan santapan wajib warga China di acara atau perayaan khusus seperti tahun baru atau Spring Festival misalnya. 

Nah, isi di dalam Jiao Zi ini bisa macam-macam, contohnya: daging (sapi, domba, ayam, babi, atau ikan), sayuran, ataupun tahu. Jaio Zi bisa disajikan dengan direbus atau digoreng. Jiao Zi seperti di gambar biasa dinikmati dengan cuka dan sambal, kadang-kadang juga bisa disajikan berkuah, mirip sekali dengan pangsit rebus di Indonesia. Harganya pun bermacam-macam, tergantung tempat dan kualitas lah ya. Tapi saya simpulkan harganya sekitar 10 RMB ke atas, tergantung isi dan restoran yang menjualnya. Tenang, tidak harus beli di restoran besar kok, banyak sekali warung kaki lima yang menyajikan Jiao Zi yang rasanya ciamik!

Mau tau lebih banyak? Boleh di klik di: http://www.beijingservice.com/beijinghighlights/dumpling.htm
Memang bukan wikipedia atau site yang terkenal, tapi disini ada cara membuat Jiao Zi  bagi yang mau coba-coba masak. Happy Cooking! :p

Travelling #4: Luoyang, Kota Kembang Kepunyaan Cina

Setiap 1 Mei warga China libur panjang dalam rangka Hari Buruh Nasional. Saya salut deh sama apresiasi negara untuk mereka. Yah, walaupun belum sebanding dengat peluh yang berjam-jam mengucur setiap harinya tanpa letih dan lelah, setidaknya ada waktu bonus untuk berkumpul dengan keluarga. Nah, liburan kali ini saya main ke kota asal teman saya namanya A Zhen. Rumahnya di Luoyang, sebuah kota yang terkenal dengan bunga peony atau dalam bahasa Mandarin disebut Mudan Hua. Akhir April atau awal Mei adalah waktu yang tepat untuk berkunjung ke Luoyang. Bunga-bunganya sedang bermekaran, sungguh sangat memanjakan mata dan hati dengan keindahannya. Letaknya di taman kota, begitu strategis dan mudah dijangkau. Bagi yang cinta gratisan seperti saya, datanglah kesini sebelum jam 6 pagi. Bagi yang sudah penasaran seperti apa Mudan Hua, ni dia bentuk dan rupanya! :










Nah, kalau ingin melihat bunga ini dalam keadaan cantik-cantik seperti ini, datanglah di awal atau pertengahan musim semi. Kalau terlambat sedikit, kebanyakan bunganya akan layu dan dijamin kunjungan Anda ke Luoyang akan mengecewakan. 

Acara jalan-jalan saya di Luoyang bukan hanya sampai disini. Tunggu posting cerita seru di  Longmen Grottoes! Kalau mau nyolong start belajar duluan, silakan klik disini: http://en.wikipedia.org/wiki/Longmen_Grottoes

Selamat belajar! (:

The Three Musketeers!



Yang ini namanya Felisma Choirunnisa, panggilannya Ica. Cantik ya? Anaknya juga pinter banget. Dia mahasiswi jurusan Ekonomi Syariah Islam kelas internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dia bisa 9 bahasa lho, apa nggak keren itu namanya? Eh, mungkin sekarang 10 ya ditambah bahasa Mandarin? (:



Nah, yang ini namanya Fahrizal Ramadhan Basanto, panggilannya Fahri. Dia kakak angkatan saya di Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Bahasa Jepangnya oke banget lho, belajarnya pun otodidak. Salut deh! (:


Kalo yang ini foto saya. Hehehe. Saya mah biasa-biasa saja, jadi tidak perlu diceritakan lagi disini. Saya tidak bisa banyak bahasa seperti Ica dan Fahri, tapi saya mau belajar kok, belajar apa saja. :D

Oh iya! Lihat deh  foto saya dan Fahri di atas. Kan sudah hampir bulan Ramadhan. Jadi ceritanya kami mau buat album religi dan foto di atas sebagai cover-nya. Gimana? :p

Travelling #3: Kaifeng Millenium City Park

Kali ini kita masih berada di provinsi Henan, namun bukan di kota Zhengzhou lagi, tepatnya berada di peerbatasan sebelah barat dari Zhengzhou. Satu minggu setelah mendaki Gunung Huan Cui Yu, salah satu teman saya namanya Janet mengajak saya ke Kaifeng, salah satu kota antik yang berperan penting di perjalanan sejarah China. Kami pergi satu rombongan. Dalam perjalanan saya mengamati bahwa tata kota Kaifeng masih kental sekali tradisi China-nya. Mulai dari bentuk atap rumahnya hingga lampu-lampu kota. Tak lupa pula bangunan-bangunan bersejarah seperti tugu dan patung masih jelas terlihat di jalan-jalan. 

Info mengenai kota ini bisa dilihat di: http://id.wikipedia.org/wiki/Kaifeng

Saya yakin Kaifeng juga merupakan kota yang cantik. Sayangnya saya hanya berkesempatan mengunjungi Millenium City Park-nya yang amat sangat tidak mengecewakan. Sedikit review mengenai tempat ini, taman kota ini memiliki luas lebih dari 399,600 meter persegi. Taman ini dibangun  berdasarkan lukisan tentang

Monday, July 18, 2011

Travelling #2: Huan Cui Yu Mountain

Perjalanan saya ke Gunung Huan Cui Yu ini bukanlah baru-baru ini. Saya, Fahri, dan satu rombongan kelas bahasa jepang mendaki gunung ini bulan April lalu. Sebenarnya teman saya yang namanya Grace  awalnya mengajak saya untuk ke Zhengzhou. Nah, yang ada di pikiran saya dan Fahri adalah downtown Zhengzhou dimana kami akan bertemu Mc Donalds, KFC, Pizza Hut, dan kawan-kawannya. Lalu kami mengiyakan dengan mantap! Akhirnya hari itu pun tiba. Jam 6 pagi kami sudah berkumpul dengan semangat 45 di depan asrama, bersiap untuk berjalan menuju bis. Saya sempat punya firasat buruk,

Travelling #1: Huang Di Square, Taman yang Bersahabat untuk Rakyat

Huang Di Square adalah salah satu tempat yang sering saya, Ica dan fahri kunjungi. Letaknya tidak terlalu jauh dari kampus, kami biasa bersepeda kesana. Saya merasa sangat dimanjakan dengan suasana di Huang Di Square. Walaupun di awal kedatangan kami di China saya pernah kecopetan disini, namun tetap saja, jajanan dan suasana ramai penuh dengan canda tawa anak-anak yang sedang bermain menjadi alasan personal mengapa saya suka tempat ini. Oh iya, Huang Di adalah seorang tokoh yang terkenal dalam sejarah panjang negeri China. 

Untuk informasi tentang Huang Di bisa di klik disini: http://wn.com/Huangdi

Disini juga sering ada perayaan-perayaan khusus (juga bisa dilihat di website di atas). Kami pernah mengunjungi sebuah perayaan yang merupakan sebuah event untuk menghormati para leluhur China yang telah wafat. Banyak sekali warga yang datang baik dari wilayah Xinzheng maupun dari provinsi lain di China. Beberapa dari mereka percaya para leluhur itu

I am in China: Why, How, For What, and Then...?

Judulnya kebanyakan pertanyaan ya? Hehe. Intinya saya hanya ingin cerita asal-usul saya bisa ada di China saat ini. Simply, saya dan dua teman saya bernama Ica dan Fahri alhamdulillah mendapat kesempatan belajar Bahasa Mandarin selama 2 semester di SIAS International University, Zhengzhou, Republik Rakyat China. Semua tidak lepas dari dukungan secara moral dan material dari kampus kami : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saya dan Fahri adalah mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional, sedangkan Ica adalah mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah Islam. Sebelumnya saya sudah mengenal Fahri, karena dia adalah teman dari teman sekaligus kakak senior saya dalam sebuah program pertukaran pelajar yang saya ikuti tahun 2008 lalu. Sedangkan Ica bisa dibilang teman baru saya. Kami bertemu saat tahap wawancara yang merupakan seleksi tahap akhir sebelum akhirnya kami dikirim ke China.

And now here we are! China!

Sunday, July 17, 2011

Hai Pembelajar Sukses!

Sebenarnya posting yang satu ini akan lebih fresh jika saya tulis kemarin-kemarin. Tapi sayangnya atmosfer di kamar saya sedang tidak membuat saya semangat. Tidak perlu lah ditulis disini. Malu euy! :p

Nah, jadi dua pertemuan terakhir latihan menari saya tiba-tiba jadi super asik. Guru saya entah kenapa jadi tidak sekeras biasanya. Yang menarik lagi, waktu istirahat kami kemarin sangat panjang. Malahan si bapak guru itu mengajak kami mengobrol, hmm, lebih tepatnya saya. Beberapa menit pertama saya diminta cerita apa yang berbeda dari China dengan Indonesia. Adik-adik saya itu ikut mendengarkan. Walaupun bahasa Mandarin saya belepotan, tapi insyaAllah mereka mengerti lah. Hehehe. Dia tanya bagaimana perbedaan hidup sehari-hari di China dan Indonesia. Apakah saya sudah terbiasa dengan Chinese foods atau belum. Dan banyak lagi pertanyaan simple namun asik sekali untuk diobrolkan. Nah, waktu adik-adik sibuk sendiri dengan topik yang menurut mereka lebih menarik, si guru mengajak saya ngobrol lebih serius. Apa ituuu?

Thursday, July 7, 2011

Ilmu Ikhlas

Akhir-akhir ini langit China sedang sering menangis, matahari musim panas entah mengapa sedang tidak on the mood untuk bersinar di tanah Xinzheng. Saya suka sekali melihat hujan, tetes demi tetes yang jatuh ke bumi mengingatkan saya tentang bulir-bulir cinta dari Tuhan yang tak pernah habis untuk kita. Begitu adilnya Dia sehingga matahari tak melulu menyengat dan hujan dengan siap sedia menggantikan, membasahi tanah yang berhari-hari kering. 

Hujan kali ini sedikit berbeda. Tetes-tetes airnya masih mampu mengingatkanku akan rasa syukur kepada Tuhan selalu sangat baik pada saya. Tetapi hujan kali ini berbarengan dengan datangnya kabar duka melalui pesan singkat dari ayah saya malam ini.

Tuesday, July 5, 2011

B E L A J A R: Kerasnya Hidup

Pagi itu jam 7 pagi. Saya sudah mendengar hiruk pikuk suara motor-motor pengangkut bahan bangunan, bor listrik yang mendengung, dan tangan-tangan lihai para pekerja bangunan yang dengan penuh semangat mengerjakan pekerjaannya. SIAS secara khusus dan China secara umum memang tidak berhenti membangun. Entah itu bangunan baru atau sekedar memperbaiki yang lama. Itu jam 7 pagi, dan terkadang suara bising pekerjaan konstruksi itu dimulai sebelum pukul 7 dan saat rasa kantukku datang di malam hari, sebagian dari mereka masih bekerja. Terutama di saat semua mahasiswa sedang pulang kampung seperti ini, fenomena bekerja dari pagi hingga pagi lagi amat sering saya lihat. Setiap peluh yang menetes benar-benar menyadarkan saya

Terima Kasih Zhao Yu Fei!

Latihan tari hari kedua ini amat sangat berbeda! Pertama, badan saya alhamdulillah sudah tidak terlalukaget. Yang kedua dan yang paling penting, hmm, sebenarnya ada positif dan negatifnya. Guru tari saya yang hobinya main kaki dan tangan waktu mengajar itu kebetulan kurang enak badan. Beliau demam dan sakit kepala. Makanya hari ini beliau tidak mengenakan kostum mengajarnya, bahkan tidak pakai sepatu khusus menari. Saya terlambat sekitar 5 menit, lalu 5 menit lagi untuk mencari ruangannya. hari ini kami menggunakan ruangan di lantai tiga. saya sempat bingung mencari-cari. karena waktu saya datang, semua ruangan sepi dan terkunci. saya memutuskan untuk turun lagi, meminta seseorang mengantar saya. dan benar, latihan sore ini memang ada di salah satu ruangan yang dikunci dari dalam. saya kurang tau ya, kenapa sih pintunya harus dikunci?

B E L A J A R

Ya! Saya baru saja kembali ke asrama. Jam 8 waktu setempat selesailah sudah latihan perdana saya, belajar tarian tradisional China. di perjalanan pulang saya sempatkan membeli nasi goreng di sebuah warung halal, yang punya orang Uzbekiztan keturunan China, sama sekali tidak ada uzbek-uzbeknya alias China sekali.

Request saya di sanggar ini adalah belajar tari tradisional. Dan benar dugaan saya, teman-teman seperjuangan saya adalah anak-anak kecil, bahkan ada yang masih 5 atau 6 tahun. Saya tetap menikmati kok, walaupun umur saya tidak jauh beda dengan guru mereka -yang juga guru saya-. Pelajaran hari ini belum masuk ke tariannya. baru 'pemanasan', dan pemanasan saja saya sudah agak kelelahan. ya, maklum saja, saya kalah lincah dan kalah 'elastis' dibanding teman-teman kecil saya. sedikit tentang guru saya, dia masih muda, 22 tahun, sekarang mengajar menari di sanggar saya sekaligus berprofesi sebagai guru menyanyi di kampus saya. sangat luwes saat menari tapi tidak melambai kok, jadi terlihat hebat. (tenang Mahar, seleraku tetap orang namburan kok, bukan orang china :p ). nah, dikarenakan hari ini baru pemanasan, latihan berbagai jurus melenturkan badan, saya cukup bekerja keras. badan sudah tak selentur anak umur 5 tahun. sudah lama tidak olah raga dan menari. jadilah saya pemanasan yang paling pas-pasan. guru saya juga tidak masalah, ia lebih concern pada anak-anak lain. sesekali membenarkan saya namun dari jarak tertentu. (kalau berani pegang-pegang saya bisa saya jitak itu guru, hhe). bukan hanya karena saya orang asing, baru, dan hampir seumuran dengan guru saya, tapi dia 'menganak emaskan' saya karena misi saya mau belajar budaya China. asal hafal tariannya, indah dilihat. selesai. tapi anak-anak lain? ada yang dituntut orang tuanya, ada yang sudah tercebur satu kaki, mau tidak mau sudah kepalang basah. jadilah mereka ada disitu. di hari pertama ini saya justru bukan belajar tarian, saya belajar bagaimana anak-anak kecil itu belajar. hmm, mohon digaris bawah deh yang ini : anak-anak China belajar.

awalnya, mereka datang dengan senyuman. tangan ayah ibunya masih erat menggenggam, sesekali membantu mereka membenarkan sepatu balerina atau mengelus kepala tanda memberi semangat. namun saat pintu ditutup dan satu per satu orang tua keluar ruangan,

Cerita dan Rencana

Hari ini 1 July 2011, tepat 3 bulan saya, Ica, dan mas Fahri menjalani kehidupan kami sebagai pembelajar sekaligus perantau di negeri tirai bambu ini. Tidak terasa sudah lumayan banyakpengalaman -manis pahit asem asin- yang kami rasakan. Diawali dengan pengalaman saya kecopetan di hari ke 4 setelah kedatangan kami, Ica yang jatuh di tangga Teater roman, dan Mas Fahri yang di hari pertama sudah 'ditolak' oleh mantan calon roommate-nya dengan alasan kamarnya masih sangat berantakan untuk ditempati 'orang baru', padahal wajahnya sangat kecut dan menyiratkan pesan: "I don't wanna have a roommate, just find another room! " . Moreover, pengalaman sekaligus pelajaran berharga pun tak henti-hentinya mengisi kehidupan kami disini. Kami sudah mulai bersahabat dengan bahasa mandarin, yang awalnya terdengar seperti bahasa planet, kini mau tidak mau harus kami gunakan sehari-hari. Mulai dari beli makan sampai beli obat nyamuk, saking banyaknya nyamuk berkeliaran di summer kali ini. Pujian dari orang sekitar tentang bahasa Mandarin kami sedikit banyak menambah semangat kami untuk terus belajar. Tapi jangan salah, pujian itu sama sekali tidak membuat kami puas. 3 bulan bukanlah waktu yang cukup untuk menguasai bahasa ini. Hurufnya, cara mengucapkannya, mengingat karakternya..sungguh tidak mudah. tapi kami bertiga YAKIN BISA!

Selain mengenyam pendidikan formal di dalam kelas, kami juga belajar tentang kehidupan. Kehidupan sosial masyarakat China yang secara informal kami pelajari dari lingkungan sekitar. Xinzheng bukanlah kota yang besar, malah cenderung sangat kecil dan mencit kalau orang Jawa bilang. tapi sungguh, masyarakatnya ramah. atmosfernya nyaman sekali untuk belajar. memang tidak semua barang yang kita cari dapat kita temukan di Xinzheng, tapi kalau mau belajar yang namanya hidup sederhana dan apa adanya, Xinzheng lah tempatnya. Makanan halal tidak sulit ditemukan, setidaknya kita bisa hidup kalau bisa makan kan?

Kabar-Kabari Kampus: Newsletter #1

Nimen Hao!

Kalimat yang pertama terpikir saat membuat newsletter ini hari ini adalah “I am so grateful with everything I have in my life and especially because my life has been fulfilled of both happiness and difficulties to be learned”. Alhamdulillahirrabbil’alamin. Sudah hampir dua bulan saya menjalani “hidup baru” di negeri tirai bambu. Ya, memang benar pepatah ‘Tuntutlah ilmu sampai negeri China’. Memahami pepatah tersebut tentunya bukan untuk ditelan mentah-mentah, menyiapkan koper dan pergi ke China lalu tidak menghasilkan apa-apa. Justru inilah motivasi yang menurut saya sangat suitable bagi mahasiswa yang berkemauan besar untuk terus belajar. Namun tidak saya pungkiri juga bahwa China memang ‘tempatnya belajar’. SIAS International University yang mana merupakan tempat saya saat ini belajar bahasa Mandarin terletak di sebuah kota kecil bernama Xinzheng, yaitu berada di provinsi Henan, tepat di tengah-tengah negara China. Xinzheng memang tidak semegah Beijing atau semewah Shanghai. Akan tetapi, kalau ingin bertemu dengan orang-orang yang ramah dan mempunyai willingness untuk saling membantu, serta lingkungan yang masih lumayan segar dengan polusi udara yang bisa dibilang rendah, disinilah tempatnya.

LOVE: Have No String Attached


Aaron, Rachel, Hannah Vorbau


Hari ini aku diundang ke sebuah meeting namanya English Corner. Yang punya gawe adalah salah satu foreign teacher di SIAS International University, Aaron, dan istrinya Rachel. Mereka punya bayi 9 bulan namanya Hannah. Sekali liat kita bisa ngerasain betapa saling mencintainya mereka satu sama lain. Dan bener, aku semakin yakin kalo mereka adalah keluarga bahagia karena Aaron dan Rachel bener-bener jago saling mengisi satu sama lain. Juga hebat dalam hal menginspirasi orang lain, termasuk aku.Topik EC kali ini adalah membahas film Tangled-nya Rapunzel, well, movie night was last week and I missed it. Walaupun ga terlalu ngerti jalan cerita filmnya, tapi aku mengikuti dengan baik setiap kalimat yang Aaron dan Rachel bilang. EC ini khusus buat mahasiswi SIAS, baik Chinese, Kyrgiz, dan sekarang Indonesian. Dan apalagi topik yang bakal menyentuh remaja dengan mudah selain : CINTA.

Selalu Ada Pelangi Setelah Hujan


ki-ka: ibu baik hati-saya-jasmine-anak laki laki si ibu (:
Hari Jumat 8 April lalu, tepatnya hari ke empat setelah musibah kecopetan yang saya alami, saya pergi ke markas besar kepolisian di Zhengzhou City bersama teman saya, Jasmine. Perjalanan kesana lumayan lama dan melelahkan naik bis. Kami harus ganti bis tiga kali untuk sampai kesana. Singkat cerita, kami berdua lumayan kelimpungan di "Jakarta" nya Henan Province ini gara-gara alamat kantor polisinya ternyata pindah. Masyaallah, saya nggak ngerti deh kalau harus pergi sendiri tanpa ditemani orang China. Mau tanya alamat saja nggak ngerti bagaimana ngomongnya. Anyway, akhirnya setelah tanya sana-sini dan bertemu dengan banyak orang baik hati yang bersedia menjelaskan alamatnya dan bahkan mengantar kami, sampailah kami berdua di markas polisi tersebut. Tujuan pun terlaksana. Surat bukti kehilangan sudah di tangan. Badnewsnya, saya harus ke Indonesia Embassy di Beijing untuk mengurus passport baru.Duit sudah amblas, harus ke Beijing pula dalam waktu kurang dari 30 hari. Tapi naik kereta saja butuh uang tidak kurang dari 200 RMB sekali jalan.